Bertahan Hidup di Tengah Dunia yang Semakin Menuntut



Kamu yang sekarang sedang berada di usia produktif, sadar gak kalau semakin lama dunia semakin bergerak cepat? Baru mulai merintis karier, eh dunia kerja sudah penuh ketidakpastian. Pemberitaan PHK seolah jadi makanan sehari-hari.  Belum lagi harga bahan pokok yang terus meningkat, dan sederet berita lain yang memicu rasa putus asa.

Di zaman seperti sekarang ini, kerja keras saja tak cukup untuk bisa menghasilkan uang. Kemampuan yang kamu miliki? Ada jutaan orang di luar sana yang punya kemampuan serupa. Berkembangnya teknologi juga semakin membuat semuanya lebih kompetitif. Bahkan seseorang nun jauh di sana bisa dengan mudah terlihat dan bersaing denganmu. 

Perusahaan tentu ingin mendapatkan karyawan dengan skill terbaik dengan biaya paling efisien. Kamu yang terlalu menuntut, bisa menjadi bumerang di kemudian hari. Pun bila kamu menurunkan standar. Justru rawan diperas dengan iming-iming, "Gak apa-apa, toh yang penting kamu bekerja."

Sebegitu sulitkah bekerja di tanah air beta saat ini?


Tekanan ekonomi dan sosial yang nyata

Dulu, gak perlu jadi sarjana buat bisa kerja bagus di depan meja. Cukup andalkan keyakinan dan kerja keras, semua bisa dilakukan. Namun bila kamu masih menerapkannya saat ini, sudah pasti kamu akan kesulitan bertahan.

Coba perhatikan, berapa banyak jumlah lulusan dan bandingkan dengan lowongan kerja yang tersebar? Bukannya semakin banyak, justru lowongan pekerjaan semakin terbatas, bukan? 

Belum lagi perihal pemutusan hubungan kerja di sejumlah perusahaan ramai dibicarakan. Ekonomi yang gak pasti bikin perusahaan terpaksa ambil keputusan sulit. Bahkan semakin lama, memiliki dua atau tiga pekerjaan sekaligus menjadi suatu keharusan demi bertahan hidup di era ketidakpastian.


Ekspektasi semakin meninggi

Usia matang datang dengan beban harapan. Tantangan berhasil di usia muda, lantas menjalankan serangkaian hal yang didikte lewat kebiasaan masyarakat seolah menjadi sebuah keharusan. Hidup seakan jadi perlombaan.

Kamu belum punya rumah, dianggap gagal. Belum memiliki kendaraan, dianggap orang susah. 

Lantas muncul sekelompok orang yang membandingkan anak-anak muda saat ini dengan masa lampau. Dianggap zaman dulu anak mudanya lebih mudah menghasilkan uang. Padahal kondisi sekarang jauh berbeda. Kompetisi makin ketat, standar makin tinggi.

Jangan tanya dengan orang-orang yang mematok kesuksesan dari media sosial. Membandingkan diri dengan seseorang yang sudah berada di atas. Padahal di atas atap masih ada langit. 

Membandingkan keberhasilan tak akan pernah ada habisnya.


Lantas bagaimana cara untuk bertahan?

Tutup mata dengan segala pencapaian orang lain di media sosial. Itu mungkin cara paling jitu untuk tetap waras di kondisi ekonomi saat ini. Fokus pada apa yang bisa dikelola, bukan pada hal yang tak bisa diutak-atik.

Kamu penulis? Fokus pada pengembangan tulisanmu. Kamu pengusaha? Perkuat produk dan layananmu. Jangan jadikan keberhasilan orang lain menjadi patokan keberhasilanmu. Karena yang penting untuk dilakukan saat ini adalah tetap waras, tetap belajar, dan percaya bahwa kamu bisa bertahan, dan mungkin suatu hari nanti kamu juga akan menang. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar