Apa yang Hilang di Lebaran Kali Ini?



Ramadan telah usai, digantikan oleh Lebaran yang semua orang anggap sebagai hari kemenangan. Momennya jelas terlihat dari berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Toples kue berjejer menghiasi meja yang biasanya hanya berisi remote tv dan segala barang tak jelas, juga aroma rendang dan kawan-kawannya yang tercium hampir di setiap rumah.

Semua terdengar selayaknya Lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun entah mengapa, Lebaran kali ini terasa agak ... kosong.

Bukan, bukan tak mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan, namun rasanya ada yang hilang dari momen Lebaran kali ini.


Ada yang berubah, tapi apa?

Waktu kecil, kita selalu menunggu bulan Ramadan hingga Lebaran tiba. Berjalan-jalan seusai salat subuh berjamaah, bermain sebentar saat pagi, kelelahan dan berujung tertidur pulas saat siang, dan kesulitan menahan rasa haus bahkan saat waktu Maghrib hanya tinggal menunggu beberapa menit saja.

Menjelang Lebaran, kita sudah dihebohkan dengan kegiatan mencetak kue di loyang, dan pergi ke pasar demi menemukan baju baru dan beragam hal lain yang serba baru sebagai reward atas sebulan penuh menjalankan ibadah puasa.

Namun semakin bertambahnya usia, rasanya kita tak lagi membutuhkan itu semua. Baju baru tak lagi terkesan wah, kue di toples tak perlu lagi dibuat susah payah. Belakangan, serasa ada yang hilang dari Lebaran kali ini.


Lebaran di tengah sekumpulan distraksi

Tahun demi tahun, hidup berganti fase. Yang dulunya disebut keluarga, nampaknya mulai kehilangan esensinya, tergantikan oleh layar di tangan.

Bukannya berebut cokelat, tapi berebut colokan. Tren video lebih penting dari sekedar sungkeman. Yang sama baik dulu dan sekarang adalah sama-sama menundukan kepala. Namun kali ini bukan untuk merenungi kesalahan, melainkan demi mencari keramaian di layar tipis menyala di tangan.

Semakin lama, Lebaran hanya terasa seperti hari-hari pada umumnya.


Lantas apa yang sebenarnya kita cari?

Bila dulu saat masih kecil yang kita tunggu-tunggu saat lebaran adalah baju baru, THR, serta kue-kue lezat, kini setelah dewasa yang dibutuhkan hanyalah kehangatan. Kehangatan untuk bersama, kehangatan untuk saling bercengkerama.

Sampai akhirnya kita menyadari satu hal. Yang hilang bukanlah benda, melainkan rasa. Nampaknya layar kecil itu mulai terasa mengganggu. Menghilangkan ketenangan yang selama ini kita dapatkan di momen Lebaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar