5 Tanda Resolusimu Tak Sepenuhnya Gagal

Bisa jadi resolusimu hampir tercapai.



Akhir tahun adalah saat yang tepat buatmu memeriksa resolusi yang kamu buat di awal tahun. Meski rasanya berat karena hasil tak sesuai harapan, membandingkan apa yang kamu tulis dengan apa yang kamu miliki saat ini menjadi penting karena akan berguna dalam menerapkan langkah berikutnya di tahun depan.

Kamu bisa saja merasa pesimis karena gagal dalam banyak hal. Namun tunggu dulu, coba perhatikan detail perjalananmu dalam mencapai goal. Tulis detail-detail yang sudah kamu lakukan dalam mencapai goal tersebut. Karena bisa jadi resolusimu sebenarnya tak sepenuhnya gagal.

Amati poin-poin di bawah ini. Jika poin ini ada dalam tahap perjalananmu mencapai goal, maka resolusimu sebenarnya tidak gagal, namun sedang dalam proses untuk mencapainya. Ada apa saja? 
 

# 1. Ada kemajuan, meski kecil



Sudah mencoba namun hasil tak sesuai harapan? Mungkin saat ini belum waktunya kamu mendapatkan hasil akhir. Tengok kembali apa yang kamu miliki di awal tahun, dan bandingkan dengan apa yang kamu miliki saat ini.
 
Meski hanya perubahan kecil sekalipun, pada akhirnya kamu mendapat kemajuan. Dan bisa saja resolusimu akan tercapai di tahun berikutnya. Ingat, tidak ada akhir tanpa awalan.
 

# 2. Terbentuknya kebiasaan baru yang positif



Jika resolusimu adalah satu hal yang baik, tentunya proses dalam memperjuangkannya juga memiliki hal yang positif. Misalnya, resolusimu adalah memiliki tabungan dengan nominal tertentu. Walau di akhir tahun nominal di tabunganmu tak sesuai harapan, atau malah uang tabunganmu terpakai untuk kebutuhan mendesak, setidaknya kamu berhasil mengurangi pengeluaran yang tak perlu.
 
Kebiasaan positif ini akan terus terpakai di tahun-tahun berikutnya. Ke depannya, kamu pasti akan berpikir dua kali lipat sebelum berbelanja, dan memilih menyimpannya di tabungan. Dan bukan tidak mungkin kamu memiliki tabungan dengan nominal yang lebih tinggi dari resolusimu tahun ini.
 

# 3. Kamu menciptakan peluang baru



Bertekad mempelajari skill baru namun ternyata cukup sulit dan membuatmu tak bersemangat? Mungkin saatnya kamu ubah pola pikirmu.
 
Coba pikirkan hal apa saja yang bisa kamu hasilkan dari skill baru yang kamu miliki. Kamu bisa saja menciptakan peluang-peluang baru dari skill tersebut walau kemampuanmu masih terbatas. Beranikan diri memulai sesuatu yang lain dari skill yang kamu pelajari sambil terus mengasahnya. Hal ini juga berlaku untuk resolusi-resolusi lainnya.
 

# 4. Kesadaran diri meningkat



Di awal tahun kamu merasa tubuhmu mudah lelah dan memutuskan untuk berolahraga dan mulai hidup sehat dengan makan makanan seimbang. Namun ternyata, godaan di perjalanan sangat berat sehingga kamu tak bisa melepaskan olahan junk food atau makanan tak sehat lainnya. Kamu juga merasa kelelahan akibat bekerja dan terlalu malas untuk berolahraga sehingga kondisi tubuhmu tak jauh berbeda dengan awal tahun saat resolusimu dibuat.
 
Jujur saja, kamu pasti menyesal melakukannya, bukan?
 
Jika jawabanmu iya, artinya kesadaran dirimu mulai meningkat dari tahun sebelumnya. Dan kini kamu hanya perlu konsisten sehingga mendapat hasil yang kamu inginkan.
 

# 5. Berani mencoba



Pelari tak akan mencapai garis finish bila tak memulai dari garis start. Walau di tengah perjalanan serangkaian masalah mungkin timbul dan membuatnya tak bisa mencapai finish, setidaknya ia berani melangkah maju.
 
Kamu yang berani memulai dan keluar dari zona nyaman adalah pelari tersebut. Berbagai hambatan pasti kamu dapatkan di tengah mendapatkan tujuanmu. Tak perlu menyesal dan merasa gagal, karena semua orang pasti pernah melakukannya. 
Lebih baik berani memulai daripada takut mencoba dan menyesal di kemudian hari, bukan?

Sering Dicap Jelek, Gen Z Ternyata Punya Kelebihan Ini

Gen Z bukannya bermental lemah, namun lebih berempati.

Mulai memasuki dunia kerja, Gen Z dianggap banyak membawa masalah. Sifatnya yang terlalu terbuka, tak kuat menghadapi kerasnya dunia kerja, serta masalah lainnya membuat mereka selalu dianggap tidak professional oleh para generasi sebelumnya.
Namun sadarkah kamu, dibalik kekurangannya Gen Z sebenarnya memiliki sifat yang lebih baik dari generasi-generasi sebelumnya? Ini dia beberapa penjelasan mengapa Gen Z sebenarnya juga memiliki berbagai kelebihan yang tak dimiliki oleh para generasi sebelumnya.

# 1. Mudah membaca tren pasar




Terbiasa dengan gadget sejak kecil membuat Gen Z cepat paham akan tren pasar yang sedang diminati. Gen Z biasanya cepat tanggap dan memiliki banyak ide di kepalanya untuk disalurkan. Itulah yang juga membuat mereka bisa cepat beradaptasi sekalipun berada di lingkungan yang baru.
 
Tak hanya membaca tren pasar, Gen Z juga sangat terlibat dalam menciptakan tren pasar itu sendiri loh! Hanya dengan dua hal: gadget dan internet, mereka dengan mudahnya bisa menghasilkan ide yang ciamik, serta sangat mampu memengaruhi keputusan pembelian orang lain terutama melalui konten yang mereka buat atau bagikan.

# 2. Lantang beropini




Merasa ada hal yang tak sesuai bisa membuat Gen Z merasa tak nyaman. Walau terkesan tidak sopan, kenyataannya mereka merasa harus menyalurkan pendapatnya. Tak jarang mereka akan bersuara lantang apabila merasa opininya memang patut untuk didengar.
 
Walaupun begitu sebenarnya Gen Z juga bisa kok menerima masukan. Selama jawabanmu masuk akal, apalagi kamu bisa memberikan bukti konkret, Gen Z akan menerimanya dengan hati lapang. Bukannya tak menerima bantahanmu, hanya saja mereka tak mudah percaya bila opininya disanggah secara berbelit-belit dan dan terkesan hanya dijadikan alasan.
 
Jadi, pastikan kamu memberikan jawaban pasti dan tak bertele-tele saat sedang berdiskusi dengan Gen Z ya!
 

# 3. Lebih menghargai diri sendiri




Sering dilabeli mental lemah, Gen Z sebenarnya sangat memahami keterbatasan dirinya. Ia tahu sejauh mana batas kemampuannya dalam menerima kritikan ataupun persoalan. Itulah kenapa Gen Z seringkali berbicara tentang stress, kecemasan, dan depresi.
 
Selain itu mereka juga secara aktif mencari bantuan ketika sedang mengalami hal tersebut, yang sayangnya sering disalahartikan para generasi sebelumnya dengan anggapan jika Gen Z tidak memiliki ketangguhan mental.
 
Meski begitu, sebenarnya itulah cara mereka untuk melindungi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional. Mereka bukannya bermental lemah, namun lebih berempati. Tak hanya kepada orang lain, namun juga diri mereka sendiri.

# 4. Punya antusias tinggi dengan dunia luar



Dengan akses internet, sangat mudah bagi Gen Z mendapatkan akses yang menjangkau dunia luar. Tren dari negara lain, isu yang terjadi di berbagai negara, dan sebagainya membuat Gen Z bersemangat dalam mengenal dunia luar.
 
Gen Z juga seringkali menujukkan ketertarikan tinggi terhadap pengalaman hidup di luar negeri. Dengan adanya media sosial, mereka dapat berkomunikasi dengan mudah dengan orang yang berada di belahan bumi lain sekalipun. Membuat mereka ingin menjelajah dunia luar yang selama ini hanya dapat dilihatnya melalui gadget.
 
Ketertarikan yang tinggi ini membuat Gen Z memiliki kemampuan lebih dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Banyak dari mereka yang menguasai bahasa asing terutama bahasa inggris.

# 4. Peka terhadap isu sosial



Belakangan ini ramai konten yang membahas mengenai isu lingkungan seperti zero waste, frugal living, maupun isu sosial seperti mental health . Konten-konten seperti ini banyak diminati oleh Gen Z. Mereka memiliki keinginan tinggi untuk berkontribusi terhadap perubahan sosial.
 
Tak hanya menyuarakan pendapat mereka, banyak dari mereka yang juga terlibat langsung dalam aktivisme. Seperti ikut serta dalam unjuk rasa, gerakan sosial, dan proyek kemanusiaan. Mereka memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan kesadaran dan mobilisasi massa, yang seringkali memicu perubahan nyata di masyarakat.
 

Mau Jadi Penulis? Yuk, Mulai dengan Langkah Sederhana ini!


 

 “Dari dulu cita-citaku mau jadi penulis. Tapi harus mulai dari mana, ya?”

Jika pertanyaan di atas sempat terbesit di kepalamu, ini mungkin jawaban yang selama ini kamu cari.

Untuk menjadi seorang penulis, kamu tak harus menjadi lulusan dari jurusan bahasa dan sastra. Asal kamu menyukai dunia kepenulisan dan memiliki semangat juang tinggi, bukan tidak mungkin kamu bahkan bisa melebihi seseorang dengan dasar pendidikan sastra, loh!

Ada banyak sekali penulis yang lulus dengan jurusan berbeda, bahkan bertolak belakang dengan sastra namun bisa melambungkan namanya hingga ke kancah internasional.

Lantas bagaimana caranya untuk memulai profesi penulis?

# 1. Mulailah dengan Membaca

Seorang penulis haruslah seseorang yang juga suka membaca. Dengan membaca kamu mengeksplorasi berbagai kosakata sehingga dengan mudahnya bisa menuangkannya ke dalam tulisanmu.

Lewat membaca, kamu tak hanya dilatih merasakan apa yang penulis rasakan, namun juga berlatih bagaimana caranya agar tulisanmu sampai di hati para pembaca.

Jika kamu merasa cukup kesulitan dalam membaca buku, mulailah dengan membaca tulisan yang lebih pendek seperti cerpen, artikel, maupun jurnal. Bisa juga disesuaikan dengan topik yang kamu sukai.


# 2. Cari Tahu Minatmu

Lebih suka menulis fiksi atau nonfiksi? Jika kamu kesulitan memilih salah satunya, cobalah untuk mencari tahu. Kamu bisa mengetahui minatmu berdasarkan apa yang sering kamu baca.

Artikel, cerpen, puisi, novel, atau lainnya. Mana yang paling berkesan untukmu? Mana yang membuatmu tertarik untuk terus dan terus membaca.

# 3. Tulis Hal yang Kamu Sukai, dan Ciptakan Kebahagiaan

Bingung dengan apa yang ingin kamu tulis? Cobalah menulis sesuai topik yang kamu sukai. Buat dalam bentuk outline, lalu kembangkan menjadi tulisan sesuai minatmu tadi.

Percayalah, semakin kamu menyukai topik yang kamu tulis, semakin timbul keinginan untuk menyelesaikan tulisanmu.

# 4. Lakukan Riset

Cobalah untuk menulis sambil melakukan riset sesuai topik yang sedang kamu tulis. Mulai dari melakukan pencarian di mesin pencari, hingga bertanya kepada orang yang menurutmu paham akan topik tersebut. Mengunjungi dan mengamati suatu tempat atau kegiatan juga bisa menjadikan tulisanmu lebih tampak nyata dan sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan.

Dengan begitu, tulisanmu tak hanya menjadi hiasan, melainkan punya sisi positif lain seperti memberi informasi ke pembaca.

#5. Berani Berbagi

Khawatir tulisanmu tak enak dibaca, lantas mengurungkan niat untuk membagikan karyamu?

Duh, jangan ya dek, ya!

Meski tulisanmu masih terlihat amatir, beranikan dirimu untuk membagikan hasil karyamu lewat media sosial ataupun platform menulis. Tak usah khawatir tak akan ada yang membaca, khawatirlah bila kamu sudah menyerah padahal belum sepenuhnya mencoba.

Semakin kamu berani untuk membagikan karyamu, semakin tinggi kemungkinan mimpimu akan terwujud.

# 6. Konsisten dan Perbaiki Tulisanmu

Sudah menerapkan lima poin di atas? Kini saatnya menguji dirimu.

Konsisten adalah satu hal terumit yang tak semua orang berhasil melakukannya. Namun bila kamu berhasil konisten, maka cepat atau lambat hasil kegigihanmu akan berbuah manis.

Rutinlah menulis dan membagikan hasil karyamu. Seiring berjalannya waktu, kamu akan menemukan gaya tulisanmu dan orang-orang akan semakin mengenal dirimu sebagai penulis.


O-souji, Budaya Bersih-bersih Masyarakat Jepang



Kamu mungkin sering melihat suporter Jepang yang turun langsung membersihkan stadion dengan cara mengumpulkan sisa-sisa sampah yang dikumpulkan dalam kantung plastik yang mereka bawa. 

Hal ini tidak terlepas dari budaya o-souji, atau secara harfiah berarti bersih-bersih secara besar-besaran. O-souji awalnya dikenal sebagai ritual tradisional mengatur ulang rumah yang biasanya dilakukan masyarakat Jepang di akhir tahun sebelum memulai periode baru.

Tak hanya berupa budaya, kebiasaan menjaga kebersihan juga menjadi rutinitas mereka sehari-hari. Ada beberapa alasan mengapa penduduk Jepang terbiasa mengutamakan kebersihan di manapun mereka berada. Di mana hal ini membuat kebiasaan mengutamakan kebersihan tentanam dalam diri mereka.


#1. Aspek keagamaan


Dua agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Jepang, Shinto dan Buddha mengajarkan tentang pentingnya kebersihkan sebelum beribadah. Masyarakat Jepang percaya bersih-bersih dapat memberikan aura dan nasib yang baik.

Agama shinto misalnya, terdapat ritual pemurnian dan penyucian termasuk mencuci tangan dan berkumur sebelum memasuki kuil. Sedangkan pada agama Buddha Zen, kebersihan dianggap sebagai aspek utama. Membersihkan dan menjaga lingkungan sekitar tetap bersih merupakan bentuk meditasi dan pemurnian.

Kegiatan seperti ini tanpa sadar menciptakan kebiasaan masyarakat Jepang dalam menjaga kebersihan di kehidupan sehari-hari.


#2. Diajarkan sejak di sekolah dasar


Di beberapa negara kebersihan sekolah dijamin oleh pihak sekolah. Biasanya ada petugas kebersihan yang ditugaskan oleh pihak sekolah agar lingkungan selalu bersih. Mulai dari taman, lapangan, koridor, toilet, hingga ruangan, semuanya dibersihkan oleh petugas kebersihan.

Berbeda dengan negara-negara kebanyakan, Jepang membiarkan para siswanya untuk membersihkan seluruh lingkungan sekolah. Tak hanya membersihkan ruang kelas seperti yang biasa dilakukan di Indonesia, murid di Jepang diberi tanggung jawab membersihkan lingkungan sekolah mulai dari ruang kelas, koridor, bahkan toilet sendiri. Biasanya kegiatan bersih-bersih ini dilakukan di akhir jam pelajaran, atau setelah makan siang.

Anak-anak yang akan memasuki sekolah dasar juga diminta untuk mengasah beberapa kemampuan dasar sebelum periode sekolah dimulai. Di mana salah satunya adalah mampu memeras zoukin (kain pembersih) hingga kering yang berhubungan dengan kegiatan bebersih saat di sekolah.


#3. Rasa tanggung jawab dan kepedulian


Banyak masyarakat jepang yang menghindari membuang sampah sembarangan karena rasa tanggung jawabnya terhadap lingkungan. Budaya sopan santun juga mengajarkan mereka untuk merasa malu apabila membiarkan lingkungan sekitarnya kotor.

Lingkungan yang kotor atau kegiatan membuang sampah sembarangan dianggap sebagai ketidaksopanan mereka terhadap orang lain. Sebab lingkungan kotor dapat membawa penyebaran bakteri dan penyakit. Itulah yang menyebabkan banyak penduduk jepang yang merasa tak nyaman dengan lingkungan kotor.


#4. Kegiatan bersih-bersih dalam komunitas


Pada waktu yang telah ditentukan, warga berkumpul untuk mengumpulkan sampah di sekitar lingkungan. Di mana kegiatan ini biasanya diadakan pada pagi hari, sehingga warga yang bekerja masih dapat berpartisipasi.

Organisasi nirlaba juga cukup aktif dalam menjaga kebersihan di area padat penduduk dan juga area yang jarang dilalui, sehingga kebersihan lingkungan tetap terus terjaga.

#5. Membersihkan area yang digunakan setiap selesai melakuan suatu kegiatan.


Ada hal unik yang selalu dilakukan warga Jepang sehabis melakukan suatu kegiatan. Tanpa diminta mereka akan membersihkan lingkungan yang digunakan agar terlihat bersih kembali seperti sebelumnya tanpa perlu menunggu petugas kebersihan datang melakukan tugasnya.

Hal ini biasa terlihat selepas pertandingan, di mana penonton akan mulai menyebar untuk memungut sampah yang tercecer dan para pemain akan memastikan ruang ganti yang telah mereka gunakan kembali dalam kondisi bersih sebelum ditinggalkan.

Meski terlihat sepele, nyatanya kebiasaan sederhana dapat membawa kesan positif seperti yang dilakukan oleh masyarakat Jepang. Bukan tidak mungkin kita bisa mengadopsi kebiasaan menjaga kebersihan.

Mulai dari kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, atau membawa sampah bekas pakai hingga menemukan tempat sampah juga bisa kita terapkan sehari-hari. Sehingga tak hanya kebersihkan, segala penyakit maupun bencana banjir bisa diminimalisir.

Yuk, buang sampah pada tempatnya!