Pengalaman Ikut Baksos Steril Kucing Massal di Jakarta

 


Tahun 2024 ini saya mendaftar 3 kali program steril kucing di Jakarta dan berhasil mensterilisasi 4 kucing jantan yang saya pelihara. Acara yang saya ikuti saat itu adalah dua kegiatan baksos dari Pemprov DKI, DKPKP, Radhiyan Pet and Care, serta Animals Defender Indonesia pada bulan Agustus 2024 dan satu kegiatan dari salah satu caleg pada bulan Oktober 2024.



#1. Baksos Steril Massal Kucing Jalanan Tahap 1

Kali pertama saya mendaftar lewat link yang dibagikan oleh Radhiyan Pet and Care, klinik hewan yang saat itu bekerja sama dengan dinas DKI Jakarta. Saya mendapat satu kuota steril untuk seekor kucing domestik jantan di salah satu klinik Radhiyan Pet and Care. 

Saat itu saya diminta menghubungi nomor whatsapp tertera untuk kemudian mengirimkan tangkapan layar telah berhasil mendapat kuota steril, dan diminta mempuasakan kucing yang akan disteril 3 jam sebelum operasi.

Karena diantar ke klinik pada jam dan tanggal yang ditentukan, tidak ada keramaian yang berarti selain dua antrian di belakang saya yang juga mendapat kuota steril gratis. 

Kucing yang saya bawa ini sebenarnya berbeda dengan kucing yang saya daftarkan sebelumnya. Namun beruntung dibolehkan karena memang kucing yang saya daftarkan sakit dan terpaksa ditukar dengan kucing satunya.

Untuk dokumen saat itu saya hanya diminta mengisi data diri dan  informasi kucing (usia, berat badan, informasi vaksin, tanggal terakhir diberikan obat cacing, dsb) juga surat pernyataan yang diberi materai. Setelahnya kucing sudah bisa ditinggal dan dijemput lagi beberapa jam kemudian. 

Untuk kegiatan steril kali ini para peserta diminta membawa juz amma atau Al Quran untuk disumbangkan.


#2. Baksos Steril Massal Kucing Jalanan Tahap 2

Selesai steril kucing pertama, saya kembali berebut kuota steril sebanyak 500 ekor yang diadakan tanggal 17 Agustus 2024 di Gedung DKPKP Jakarta Pusat dengan ketentuan wajib membawa 50 botol plastik bekas pakai. 

Dan ya, saya dapat satu kuota lagi di sini, dengan syarat yang sama, kucing domestik jantan. Peserta yang lolos akan diundang melalui grup whatsapp dan mendapat informasi berikutnya dari sana.


Berbeda dengan kegiatan sebelumnya, kali ini saya banyak bertemu dengan orang baru yang juga penggiat TNR (Trap, Neuter, Release) yang mengambil kucing jalanan tanpa pemilik untuk disterilisasi. 

Mulai dari anak sekolah, mahasiswa, pekerja kantoran, bahkan ibu rumah tangga. Saya baru sadar ternyata ada banyak sekali orang-orang yang peduli akan kucing jalanan. Selama ini saya kira orang-orang hanya memberi makanan kucing jalanan, namun ternyata ada juga yang dengan sengaja mensteril, bahkan mengobati kucing jalanan yang sakit.

Yang menarik saya banyak mendapati para peserta sedang memberi makan kucing yang ditemukan di sekitar gedung dengan makanan yang mereka bawa dari rumahnya. Bahkan seekor kucing bisa dikelilingi hingga lima orang hanya untuk mendapat kesempatan mengelus kepalanya. Hahaha, sungguh pemandangan menarik.

Tapi tunggu, saya punya cerita yang tak kalah menariknya dari yang tadi. Sambil menunggu kucing saya sadar pasca operasi, saya bertemu seorang ibu yang ternyata sudah rutin mengikuti kegiatan steril gratis bersama dengan suaminya. Kala itu mereka membawa seekor kucing yang baru saja ditangkap sehari sebelumnya. 

Beliau bercerita setiap kali mendapat informasi baksos steril gratis, ia dan suaminya langsung mengamankan kuota tersebut, yang biasanya satu KTP hanya diizinkan untuk satu ekor kucing. 

Ia juga bercerita lebih sulit menemukan baksos steril gratis yang menerima steril untuk kucing betina, yang begitu ada, jumlah kuotanya terhitung sangat sedikit. Kucing-kucing pasca steril bahkan mereka carikan adopter agar tak lagi hidup di jalanan. Sangat menginspirasi, bukan?

Tak seperti kegiatan sebelumnya, kali ini saya mendapat buah tangan berupa beberapa bungkus dry food dan satu pohon sayur dari DKPKP.

#3. Pesta Kesrawan #JakartaMenyala

Haha, jangan kaget dengan judul di atas dan beranggapan saya memihak salah satu paslon cagub-cawagub, ya! Namun memang baksos kali ini adalah kegiatan kampanye dari paslon yang tak perlu saya sebutkan namanya di sini.

Acara yang diselenggarakan di GOR Jakarta Barat kali ini awalnya diselenggarakan untuk steril 1.000 ekor kucing, namun belakangan saya baru mengetahui jika jumlah akhir kucing yang telah disteril pada acara kali ini sebanyak lebih dari 2.000 ekor!

Acara kali ini diadakan selama dua hari. Menariknya para peserta bahkan mendapatkan makan siang gratis serta goodie bag berisi makanan kucing dan kaus partai tentunya.

Tak hanya kucing domestik dan kucing jalanan, kali ini diperbolehkan membawa kucing mixbreed. Yang tentunya saya tak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Karena diperbolehkan membawa kucing jenis mixbreed, hari pertama baksos kali ini mayoritas diisi oleh para pemilik kucing. Tentunya ada banyak yang membawa kucing berbulu panjang, walau ada pula yang membawa kucing hasil TNR untuk disterilkan.  

Tak berbeda dengan ibu yang saya temui di gedung DKPKP, kali ini saya bertemu dengan seorang ibu yang juga membawa seekor kucing jalanan tanpa pemilik.

Saat itu saya tidak mengobrol langsung dengan beliau karena sibuk mengurus salah satu kucing saya yang baru saja sadar pasca operasi, namun saya mendapat cerita ini dari mama saya yang juga ikut ke sana dan asik mengobrol sembari menunggu saya selesai membersihkan 'ompol' kucing. 

Dua orang ibu, membawa seekor kucing jalanan berwarna hitam pekat dari pasar. Ternyata keduanya adalah seorang pedagang di pasar, dan kucing hitam tadi sering mereka beri makan di sana. Mereka juga senang-senang saja dengan kegiatan steril kucing ini dan tak merasa diberatkan. 


#Di Mana Bisa Mendapat Informasi Steril Kucing Gratis?

Kamu bisa mengikuti akun instagram Animal Defenders Indonesia sebagai komunitas pecinta hewan yang juga sering membagikan infomasi jadwal steril kucing gratis, atau akun instagram Doni Herdaru, seorang aktivis pecinta hewan yang sangat aktif dalam menjaga kesejahteraan hewan, terutama hewan-hewan liar tak berpemilik.

Beberapa klinik juga rutin mengadakan kegiatan steril gratis, diantaranya ada Radhiyan Pet and Care dan Amore Animal Clinic.

Jika malas menunggu kegiatan steril gratis yang tak jelas waktunya dan dengan kuota yang sangat terbatas, kamu bisa mencoba steril bersubsidi. Kamu bisa cek akun instagram Ayok Steril untuk informasi lebih lanjut.

Karena tempat tinggal saya berada di Jakarta, tentunya akun di atas kebanyakan berfokus pada kegiatan steril di Jakarta. Yang saya tahu hanya komunitas Animal Defenders yang juga pernah mengadakan kegiatan steril di daerah lain. Dan selain akun-akun yang saya sebutkan di atas, pada kenyataannya masih banyak sekali komunitas serta klinik yang secara rutin melalukan kegiatan steril kucing gratis maupun steril bersubsidi.

Kini keempat kucing saya makin menggendut dan tak lagi sulit dikendalikan berkat sterilisasi. Jadi jangan tunda untuk mensteril kucingmu agar kamu juga tak lagi dibuat pusing dengan tingkahnya dan bisa fokus merawatnya tanpa dibuat stres dengan tambahan anak kucing baru. ^^



Sesi Konsultasi dengan “Toko Kelontong Namiya”


Jika kamu sedang memiliki masalah dan tak tahu harus berbuat apa, sesi konsultasi di Toko Kelontong Namiya mungkin bisa kamu pertimbangkan.

Ya, kamu bisa berkonsultasi dengan pemilik Toko Kelontong Namiya lewat surat yang bisa kamu masukkan lewat lubang pintu belakang toko, dan jawabannya akan kamu dapatkan keesokan harinya di kotak susu.

Tak perlu menggunakan nama asli, kamu bahkan bisa menggunakan nama samaran.


Yuji Namiya, pemilik Toko Kelontong Namiya menemukan hal baru yang membuatnya kembali ‘hidup’ dengan membuka sesi konsultasi di tokonya. Awalnya hal tersebut hanyalah keisengan dari anak-anak sekitar, namun Yuji selalu menjawab pertanyaan iseng mereka dengan hangat. Membuat tokonya selalu ramai di pagi hari hanya demi melihat jawaban apa yang diberikan kakek Yuji terhadap pertanyaan mereka.

Namun sayangnya, sesi konsultasi ini diadakan lebih dari 30 tahun lalu.

Adalah 3 pencuri yang bersembunyi di sebuah toko kelontong yang sudah lama tak berpenghuni. Toko kelontong yang akhirnya mereka ketahui bernama Toko Kelontong Namiya itu secara tak terduga mengantarkan mereka ‘menggantikan’ sementara Yuji di masa 33 tahun silam.

Mereka memutuskan untuk membalas beberapa surat yang dikirimkan oleh orang-orang yang tidak sempat Yuji berikan balasan, dan membantu mereka mencarikan solusi terbaik. Namun surat yang mereka terima juga berasal dari 33 tahun yang lalu.

Mengapa toko tersebut menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini?

Perlahan benang-benang yang terpisah itu mulai terlihat saling terikat satu sama lainnya. Alasan  mengapa surat dari 33 tahun yang lalu bisa sampai kepada 3 pencuri yang sedang bersembunyi di tokonya, dan mengapa pemilik dari  surat-surat tersebut saling berhubungan dan mengerucut pada 1 tempat lain yang dijelaskan dalam novel.

Di akhir kamu akan mendapatkan kehangatan dari jawaban Yuji lewat surat balasannya. Surat yang awalnya tak bermaksud untuk dikirimkan, namun sampai kepadanya. Surat terakhir yang Yuji berikan balasan dan sampai di tangan anak-anak muda yang telah membantunya.


Review Keajaiban Toko Kelontong Namiya

Dengan alur maju-mundur dan melihat dari pov berbeda di setiap babnya, Keigo Higashino membawa kita menyadari perasaan masing-masing tokoh dalam cerita tersebut.

Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya membawa kita pada cerita sederhana yang selalu terjadi disekeliling. Yuji menggambarkan seorang kakek yang memiliki banyak kisah hidup dan mampu memberikan nasihat bagi anak-anak muda di sekitarnya. Dan lewat nasihat itu, anak-anak muda ini mampu mengambil keputusan penting di hidupnya, dan bertahan pada keyakinan mereka.

Tak berbeda dengan anak-anak yang Yuji berikan balasan surat, ketiga pencuri juga mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Sesuatu yang tak pernah mereka sadari bahwa mereka membutuhkannya, atau mungkin kita juga membutuhkannya.

Rate: 4/5

Menulis untuk Jiwa : Saat Kata-Kata Menyembuhkan Luka

 
Woman Writing


Beberapa tahun yang lalu saya pernah merasakan stress berat. Satu minggu sebelum sidang skripsi, saya terkena musibah. Jatuh dari motor dan tulang lengan saya bergeser. Rasanya sakit sekali.

Keluarga saya lantas mengajak ke dua tempat pengobatan alternatif, yang walau sembuhnya butuh waktu lebih lama, namun tulang lengan saya bisa kembali ke posisi semula tanpa operasi. Walau rasanya sangat luar biasa menyakitkan.

Saya menjalani sidang dengan salah satu lengan dililit perban, lengkap dengan dua papan di kedua sisi lengan yang mereka bilang untuk menahan tulang agar tidak bergeser lagi.

Apakah sidang saya berhasil?

Ya, sidang berjalan dengan baik. Namun saya tak bisa beraktivitas sebagaimana mestinya.


Graduation Day



Beberapa bulan setelahnya saya menjalani proses wisuda. Perban sudah dilepas, namun masih terasa sakit saat lengan saya bersinggungan dengan orang yang lewat.

Saya kira kemalangan akan berhenti di sana, namun ternyata tidak.

Saya yang mulai bisa beraktivitas normal mulai mengirimkan lamaran kerja ke sana-sini. Mengikuti berbagai tes dan sampai di tahap akhir wawancara. Tapi anehnya hanya sampai di sana.

Entah apa yang salah, apakah cara bicara saya? Entah, namun kemalangan tak kunjung lepas.

Rasanya satu tahun itu kejadiannya terus berulang. Mengirimkan lamaran, mengikuti serangkaian tes, memasuki wawancara akhir, dan kembali berhenti. Terus berulang seperti itu.

Sambil mengisi waktu luang, saat itu saya memang banyak membaca buku. Buku-buku yang saya kumpulkan saat kuliah kembali saya baca ulang. Begitupun beberapa buku bahasa asing yang sengaja saya beli untuk menambah kelancaran bahasa, dan beberapa buku latihan yang berhubungan dengan kelas TOEFL yang saat itu sedang saya ikuti.

Hingga pada satu titik saya memutuskan menuliskan pendapat saya tentang buku-buku yang pernah saya baca.

Ya, saya membuat sebuah blog dan mulai menulis di sana. Hanya untuk jurnal agar saya ingat isi dari buku-buku yang pernah saya baca.

Anehnya pengalaman menulis itu membuat saya bahagia. Walau dengan tulisan yang masih tak karuan, saya mulai terus dan terus menulis. Bahkan mulai menulis fiksi, yang dulu saat kuliah hanya saya lakukan di sela-sela kesibukan, yang bahkan tak pernah rampung.

Kamu tahu apa ajaibnya? Setelah menulis, kehidupan saya seolah mulai berjalan kembali. Pelan tapi pasti saya mulai mendapatkan penghasilan, lantas membuka sebuah toko online. Saya bahkan menulis dua buah novel di salah satu platform dan mendapatkan penghasilan dari sana walau tak seberapa.

Dan saya mulai menyadari sesuatu.

Diri saya yang mulai menuangkan segalanya lewat tulisan, mulai lebih dari mampu menggerakan roda kehidupan yang sempat berkarat. Saat itu pendapatannya memang masih tak seberapa, tapi mampu membuat saya bangkit kembali dari keterpurukan.