Review Buku : Paris Belum Ingin Tidur karya Afina & Fauzan Iskandar
"Hey lihat, akhirnya aku menyimpan buku puisi di sini". Jika rak buku ku bisa berbicara, dia mungkin akan berkata demikian. Dia pasti akan mengejekku habis-habisan.
Aku tidak begitu tertarik dengan puisi, sajak, atau apapun itu. Awalnya aku membeli buku ini karena tertarik pada judulnya. Saat itu aku pikir ini buku novel, tapi ternyata bukan. Aku terkejut ketika membukanya di rumah. Tapi yasudahlah, tidak mungkin juga ku kembalikan.
Sewaktu aku tidak punya kegiatan apapun, ku coba membaca buku ini lagi.
"Oh, ternyata tidak seburuk yang kubayangkan," gumamku pelan.
Kubuka lembar demi lembar dari buku ini. Buku ini tidak setebal buku-buku lainnya, tulisannya juga tidak banyak, cenderung banyak bagian kosong di tiap halaman.
Tapi buku ini cukup menarik. Ada gambar di satu sisi halaman, dan sebuah puisi di sisi lainnya. Masing-masing puisi seolah dibuat berdasarkan gambar yang ada di sampingnya. Penulisnya cukup pintar karena menggabungkan fotografi dan puisi.
Para penggemar puisi mungkin akan jatuh hati ketika membacanya.
Ada dua penulis di buku ini, yang satu bertugas mengabadikan setiap momen melalui kameranya, satunya lagi menuliskan sajak-sajak indah untuk merangkum momen-momen itu. Perpaduan yang harmoni menurutku.
Kalian ingin tahu mana puisi yang paling kusuka? Baiklah, aku beritahu. Ini dia puisinya.
Bagus bukan?
Aku suka sekali melihat ke atas ketika aku pergi ke tempat baru. Aku bisa melihat pepohonan yang rimbun, juga langit yang tak pernah habis menampakkan keindahannya. Semua terlukiskan di foto itu.
Sedangkan puisinya, bukankah itu indah?
Seperti menjelaskan kalimat "Oh, tunggu dulu, biarkan aku menikmati ini sebentar lagi. Jangan dulu berubah."
Yah, biarpun semua yang ada didunia ini semu, tapi biarkan aku menikmatinya dahulu.
Ini dia detail bukunya:
Judul Buku : Paris belum ingin tidur
Penulis : Afina & Fauzan Iskandar
Penerbit : Bhuana Sastra
Ini dia detail bukunya:
Judul Buku : Paris belum ingin tidur
Penulis : Afina & Fauzan Iskandar
Penerbit : Bhuana Sastra
0 Comments